Yakk akhirnya saia nge-post fic di sini juga, euy~ yah, walaupun cuma satu one-shot, sih...
Title: Always in My Heart
Rating: T
Genre: Drama
Author: Shina Suzuki a.k.a Nadia
Disclaimer: Persona 3 chara
Starring: Aigis
Yakk. Inilah dia. Sangat miskin akan dialog hohoho -diinjek-
------------------
Gadis itu menatap batu nisan di hadapannya dengan tatapan kosong. Sesekali air mata bening terjatuh dari kedua matanya. Ia buru-buru menghapus air mata itu, sambil berkata dalam hati bahwa tidak seharusnya sebuah robot seperti dia menangis. Dia menangis untuk orang itu, orang yang sangat dicintainya— Minato Arisato.
Ya, Minato Arisato. Orang yang telah merubah dirinya. Orang yang telah melelehkan hatinya yang beku menjadi hangat. Orang yang mengajarkan padanya kehangatan manusia. Orang yang amat berharga baginya. Orang yang ingin ia lindungi selamanya.
Ingatan-ingatan bersama Minato kembali terbersit di benaknya. Dari pertemuan mereka yang pertama— ketika gadis itu menyegel Death di dalam tubuh Minato, ketika mereka bertemu lagi di Yakushima, ketika mereka bertarung dan tertawa bersama, ketika mereka bersenang-senang, sampai ketika mereka berdua berada di atap sekolah, menunggu semuanya untuk datang menepati janji mereka bersama.
Janji. Sebuah janji untuk berkumpul bersama di atap sekolah pada hari kelulusan. Hari di mana Minato menghapus air matanya yang mengalir, saat ia tertidur di pangkuannya untuk selamanya.
Gadis itu mengerjapkan matanya, mengingat-ingat lebih banyak hal lagi. Sebulir air mata kembali mengalir di pipinya, membasahi wajahnya dan kemudian terjatuh tepat di atas makam. Kembali ia menghapus air mata itu, mengatakan pada dirinya sendiri agar jangan menangis.
Hujan mulai turun. Namun ia tidak memperdulikannya. Ia masih ingin berada di sana, menemani orang yang ia cintai. Walaupun orang itu kini sudah tertidur dalam damainya, ia masih tetap ingin berada di sampingnya. Tidak perduli apa kata orang-orang yang lewat di sana, ia tetap berdiri, merunduk ke arah makam itu.
Bunga lily di tangannya ia letakkan di atas makam itu, kemudian dibelainya batu nisan yang menghiasinya. Sebuah senyum tipis namun pahit mengembang di wajahnya, mengiris hati orang yang melihatnya. Ia tetap berada di sana selama beberapa saat walaupun pandangan semua orang tertuju padanya, bertanya-tanya tentang apa yang lakukan di situ, di tengah hujan yang deras itu.
Terbayang olehnya senyum Minato yang hangat. Sebuah senyuman yang membuat hatinya terasa hangat, dimana pun dan kapan pun. Di waktu apa pun. Ingatannya melayang pada kejadian di hari kelulusan itu, ketika teman-teman mereka datang berlarian ke arah mereka, ketika dirinya mencoba membangunkan Minato, ketika Minato tidak memberiskan respon apa pun dan membuatnya panik, ketika mereka berlari membawanya ke rumah sakit, ketika orang-orang menatap ke arah mereka dengan pandangan heran dan cemas, ketika mereka mengucapkan selamat tinggal kepadanya.
Semua itu melintas begitu saja di hatinya. Setiap pecahan ingatan-ingatan itu membuat hatinya perih, mengingat ia kini tidak bisa lagi melihat wajahnya yang manis itu.
Hujan turun terus menerus, semakin membasahi tubuhnya. Ia diam saja ketika teman-temannya datang ke arahnya, membawakan sebuah payung dan menawarkannya, dan ditolaknya secara halus. Ia meminta kepada mereka untuk membiarkannya sebentar lagi, sampai ia puas berada di sana.
Ia tau kalau kelakuannya itu membuat teman-temannya jengkel, terutama bagi seorang gadis berambut coklat. Tapi teman-temannya dapat memakluminya, kemudian meninggalkannya di sana dan menunggu ia kembali di gerbang pemakaman.
Kembali ia memfokuskan pikirannya pada pria yang sudah hilang selamanya itu, mencoba mengenang semua hal yang telah mereka lalui. Tidak peduli hujan turun dengan deras, tidak peduli petir menggelegar dengan keras dan menumbangkan satu pohon di dekatnya, ia tetap berdiri di sana, sampai akhirnya teman-temannya datang padanya dan memintanya untuk kembali ke asrama. Ia mengangguk perlahan dan kemudian mengikuti langkah mereka keluar dari pemakaman itu.
Pandangan matanya masih tetap megarah pada sebuah makam yang berada di tengah, menyunggingkan sebuah senyum termanis yang pernah ia tunjukkan, membuat teman-temannya bingung. Ia menggeleng tanda bahwa tidak ada apa-apa dengannya, dan kemudian mengalihkan pandangannya kepada teman-temannya yang telah menunggu di hadapannya.
“
Tidak apa-apa, Minato-san,” batinnya.
“
Walaupun kau sudah tidak ada, tapi aku yakin bahwa kau akan selalu ada bersamaku, di sisiku. Selamanya.”
------------------
aww.... pendek euy.... super lebay pula.... yakk bagi para pendukung Minato x Yukari tolong jangan bunuh saia yaa ^^ -dibuang ke neraka-
mohon dikomen iah...